PatriaPos Indonesia | Portal Media Independen Terkini & Terpercaya

Asal-Usul Nama Kota Salatiga: Kisah Adipati Serakah yang Bertobat dan Tiga Kesalahan yang Mengubah Sejarah

Ilustrasi Gambar Kota Salatiga
Ilustrasi nuansa pegunungan di Salatiga yang nampak asri.

PatriaPos.Com- Di balik nama kota Salatiga yang kini ramai dan berkembang pesat di Jawa Tengah, tersimpan sebuah kisah kuno yang sarat dengan pesan moral dan nilai-nilai kehidupan.

Cerita rakyat yang telah diwariskan turun-temurun ini tidak sekadar legenda, melainkan juga potret bagaimana kekuasaan, keserakahan, dan pertobatan dapat mengubah perjalanan sejarah suatu daerah.

Dikisahkan bahwa asal-usul nama Salatiga berawal dari perjalanan spiritual seorang adipati bernama Ki Ageng Pandan Arang II yang berujung pada pertobatan setelah bertemu dengan tokoh sufi terkenal, Sunan Kalijaga.

Dari peristiwa yang melibatkan sang adipati, istrinya, dan para perampok inilah kemudian lahir sebutan “Salah Tiga”, yang lambat laun berubah menjadi Salatiga.

Cerita ini tak hanya menarik dari sisi historis, tetapi juga mengandung pelajaran yang relevan hingga saat ini.

Kehidupan Mewah Sang Adipati yang Terlena Keserakahan

Pada masa kejayaan Kesultanan Demak, Kadipaten Semarang dipimpin oleh Adipati Mangkubumi, atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Pandan Arang II. Ia adalah sosok pemimpin yang kaya raya, disegani, dan memegang kekuasaan penuh di wilayahnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, sifat serakah mulai menguasai dirinya. Alih-alih memimpin dengan bijak, ia justru menindas rakyatnya melalui pajak yang tinggi dan berbagai beban ekonomi yang memberatkan.

Rakyat kecil semakin terhimpit, tetapi sang adipati seakan tak peduli. Ia sibuk menumpuk kekayaan tanpa memperhatikan penderitaan yang melanda warganya.

Kabar tentang keserakahannya pun menyebar hingga ke telinga Kesultanan Demak. Pihak kerajaan merasa perlu mengambil langkah untuk mengingatkan sang adipati agar kembali ke jalan yang benar.

Sunan Kalijaga Menyamar Sebagai Tukang Rumput

Dalam upaya menuntun sang adipati kembali ke jalan yang lurus, Sunan Kalijaga ulama besar Wali Songo yang terkenal bijaksana memutuskan turun tangan sendiri. Dengan menyamar sebagai seorang tukang rumput sederhana, ia bertemu Adipati Mangkubumi di suatu kesempatan.

Adipati, yang tengah memungut pajak, melihat rumput hijau yang dibawa sang tukang dan bermaksud membelinya. Namun, secara mengejutkan, tukang rumput itu menolak uang pemberian sang adipati dan diam-diam menyelipkannya kembali di antara tumpukan rumput. Merasa tersinggung, adipati memerintahkan agar tukang rumput tersebut dibawa ke hadapannya.

Di sinilah identitas asli Sunan Kalijaga terungkap. Ia menjelaskan bahwa kekayaan dunia bukanlah sesuatu yang patut diperjuangkan mati-matian. Untuk membuktikan ucapannya, ia mencangkul tanah dan seketika itu juga keluar bongkahan emas. Pesan yang ingin disampaikan jelas harta dunia bisa diperoleh dengan mudah, tetapi jiwa yang tamak akan selalu gelisah.

Pertobatan Sang Adipati

Adipati Mangkubumi tersentak oleh karomah itu. Ia menyadari kesalahannya dan segera memohon ampun. Dengan tulus, ia meminta kepada Sunan Kalijaga agar diterima menjadi muridnya. Ia bahkan bersedia melepaskan kedudukannya dan meninggalkan segala kekayaan untuk memperdalam ilmu agama.

Sunan Kalijaga, dengan kelembutan hatinya, menerima permintaan itu. Ia mengingatkan sang adipati agar meninggalkan kecintaan terhadap dunia dan fokus pada kehidupan spiritual yang lebih bermakna.

Pengkhianatan Tersembunyi Sang Istri

Kabar pertobatan adipati disambut dengan haru oleh istrinya, Nyai Pandan Arang. Ia pun setuju untuk mendampingi suaminya menjalani kehidupan baru.

Namun, jauh di lubuk hatinya, Nyai Pandan Arang belum sepenuhnya ikhlas meninggalkan kemewahan. Diam-diam, ia memasukkan emas ke dalam tongkat bambu dan membawanya saat mereka berangkat meninggalkan kadipaten.

Perjalanan itu menjadi titik balik yang penuh cobaan. Dalam benak sang istri, kekayaan tetap menjadi pegangan yang sulit dilepaskan, meskipun sang suami telah bertekad menjauh darinya.

Perampokan yang Mengubah Segalanya

Tak lama setelah mereka meninggalkan kadipaten, di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh tiga perampok. Sunan Kalijaga, yang sudah mengetahui apa yang akan terjadi, mengatakan kepada para perampok bahwa sebentar lagi akan datang seorang wanita yang membawa tongkat berisi emas. Perampok pun menunggu dan akhirnya benar-benar menemukan Nyai Pandan Arang, yang kemudian dirampok tanpa ampun.

Saat akhirnya sang istri bertemu kembali dengan suaminya, ia menangis sambil menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Adipati marah besar karena sang istri telah mengkhianati pesan moral yang telah ia jalani.

Lahirnya Nama “Salah Tiga” yang Menjadi Salatiga

Melihat kebingungan dan rasa bersalah di wajah pasangan suami istri itu, Sunan Kalijaga dengan tenang menjelaskan bahwa ada tiga pihak yang bersalah dalam peristiwa tersebut.

Adipati yang dahulu serakah, Nyai Pandan Arang yang tidak tulus meninggalkan harta, dan para perampok yang melakukan kejahatan.

Untuk mengabadikan peristiwa tersebut, Sunan Kalijaga menamai tempat itu “Salah Tiga” sebagai pengingat bahwa tiga kesalahan besar telah terjadi. Dari nama itulah, seiring perjalanan waktu, sebutan tersebut berubah pelafalan dan menjadi nama kota yang kita kenal sekarang Salatiga.

 

POSTING TERKAIT

TERPOPULER