PatriaPos Indonesia | Portal Media Independen Terkini & Terpercaya

73 Tahun Menghilang, Inilah Fakta Mengejutkan di Balik Ditemukannya Titanic

Haluan kapal Titanic yang tenggelam di dasar Samudra Atlantik. Sumber: NOAA / Institute for Exploration / University of Rhode Island
Haluan kapal Titanic yang tenggelam di dasar Samudra Atlantik. Sumber: NOAA / Institute for Exploration / University of Rhode Island

PatriaPos.Com – Siapa yang tidak mengenal kisah tragis kapal Titanic? Peristiwa tenggelamnya kapal mewah ini pada 15 April 1912 telah menjadi salah satu bencana paling terkenal dan menyedihkan dalam sejarah.

Meskipun sudah berlalu lebih dari seabad, misteri seputar keberadaan bangkai Titanic tetap menjadi topik yang memantik rasa penasaran banyak orang.

Setelah tenggelam, upaya pencarian bangkai kapal ini berlangsung selama puluhan tahun, dengan berbagai teknologi canggih yang terus berkembang.

Perjalanan panjang dan penuh rintangan dalam menemukan bangkai Titanic menyimpan kisah yang memukau, mulai dari penggunaan sonar, kamera bawah laut, hingga kapal selam canggih.

Tetapi pada akhirnya, di tahun 1985, bangkai Titanic yang hilang berhasil ditemukan, membuka kesempatan baru untuk mempelajari lebih lanjut tentang kapal legendaris tersebut.

Lantas, bagaimana kronologi peristiwa ini bisa terjadi? Melalui artikel ini, kita akan mengungkap setiap sisi, mulai dari tahap awal hingga akhirnya bangkai kapal Titanic berhasil ditemukan.

1. Awal Mula Tragedi Tenggelamnya Kapal RMS Titanic

Gambar ilustrasi kapal rms titanic
Gambar ilustrasi kapal rms titanic sumber foto pixabay

Menurut sejumlah data yang telah dihimpun, kapal RMS Titanic dibuat oleh perusahaan terkemuka Harland & Wolff di Belfast, Irlandia Utara. Pembangunannya dimulai pada tahun 1909 dan selesai pada tahun 1912.

Kapal ini bertipe ocean liner (kapal penumpang laut jarak jauh) yang dirancang untuk menyeberangi samudra dengan kecepatan tinggi dan daya tahan luar biasa.

Titanic dirancang untuk menampung sekitar 2.435 penumpang, dan jika termasuk awak kapal, total kapasitasnya mencapai lebih dari 3.300 orang. Pada masanya, Titanic merupakan salah satu kapal terbesar dan termewah yang pernah dibuat.

Di setiap sisinya, kapal ini dilengkapi berbagai elemen penting seperti dek kapal, cerobong asap, tangga dan lorong akses, serta sekoci penyelamat. Sayangnya, dalam insiden ini jumlah sekoci hanya berjumlah 20 yang cukup untuk sekitar setengah dari total orang di kapal.

Nahas terjadi saat pelayaran perdananya. Dalam perjalanan dari Southampton (Inggris) menuju New York City (Amerika Serikat) malam 14 April 1912, sekitar pukul 23:40 waktu kapal, Titanic menabrak sebuah gunung es di Samudra Atlantik Utara.

Tabrakan tersebut mengakibatkan robeknya bagian lambung kapal sepanjang sekitar 90 meter, menyebabkan lima kompartemen kedap air terisi air dan membuat kapal tidak dapat diselamatkan. Titanic akhirnya tenggelam pada 15 April 1912 pukul 02:20.

Diperkirakan sekitar 1.514 orang dinyatakan tidak selamat, menjadikan tragedi ini salah satu bencana maritim sipil paling mematikan dalam sejarah dunia.

2. Mulai Misi Pencarian Bangkai Kapal

Dengan koordinat terakhir yang tercatat, orang-orang mulai merencanakan bagaimana menemukan lokasi Titanic, meskipun tidak tahu persis di mana dan dalam kondisi apa kapal itu berada.

Namun, rencana-rencana itu sulit terwujud karena pada saat itu, penyelam hanya bisa mencapai kedalaman hingga 90 meter dengan menggunakan pakaian selam berat.

Menjangkau kedalaman Titanic yang diperkirakan hingga 3.800 meter dengan tekanan sekitar 6.000 psi mustahil untuk dilakukan pada masa itu.

Selama beberapa dekade, berbagai proposal penyelamatan diajukan, namun semuanya menghadapi tantangan besar.

Ide-ide yang disampaikan terkadang terdengar sangat brilian, seperti menggunakan magnet elektromagnetik yang akan tertarik ke lambung baja Titanic atau mengisi bagian kapal dengan bola-bola apung. Meskipun inovatif, gagasan-gagasan itu cepat ditolak karena tidak praktis.

Baru setelah empat dekade berlalu, dengan kemajuan teknologi seperti pengembangan kapal selam dan sonar, upaya menemukan bangkai Titanic kembali digiatkan.

Pada 1977, Robert Ballard, seorang ahli geologi laut dari Woods Hole Oceanographic Institution yang lama tertarik menemukan Titanic, memutuskan untuk mengambil tantangan tersebut.

Dengan dukungan dari lembaga dan teknologi canggih, Ballard melakukan upaya awal.

Ia menggunakan kapal pemboran yang dilengkapi sonar dan kamera pada pipa pemboran yang bisa mengangkat benda dari dasar laut menggunakan alat penjepit yang dikendalikan dari jarak jauh.

Sayangnya, misi ini berakhir dengan kegagalan ketika pipa pemboran patah, menjatuhkan 3.000 kaki pipa dan peralatan elektronik senilai 600.000 dolar ke dasar laut.

Beberapa tahun kemudian, seorang pengusaha minyak eksentrik asal Texas bernama Jack Grim memutuskan untuk mencoba peruntungannya dalam menemukan Titanic.

Pada 1980, dia memimpin ekspedisi dengan menggunakan sonar sisi dan magnetometer untuk memetakan dasar laut dan mengidentifikasi objek-objek yang mungkin merupakan bangkai Titanic.

Meskipun berhasil memetakan sekitar 500 mil persegi dan menemukan beberapa target potensial, tim Grim tidak berhasil menemukan bangkai kapal.

Kegagalan Grim tidak menyurutkan semangat Robert Ballard. Pada 1984, Ballard mendapatkan dukungan dari Angkatan Laut AS untuk mencari dua kapal selam Perang Dingin yang tenggelam, USS Thresher dan USS Scorpion.

Ini menjadi kesempatan bagi Ballard untuk juga mencari Titanic, karena kapal itu diperkirakan berada di antara lokasi dua kapal selam tersebut.

Dengan menggunakan sistem kamera bawah laut bernama Argo, Ballard berhasil menemukan bangkai kedua kapal selam itu.

Penyelam menelusuri bagian kabin titanic dengan bantuan cahaya buatan. Sumber: wikimedia commons / u. S. National archives
Penyelam menelusuri bagian kabin titanic dengan bantuan cahaya buatan.
sumber: wikimedia commons / u. S. National archives

Kemudian, peneliti juga menemukan bahwa ketika kapal selam tenggelam, serpihan-serpihan akan tersebar secara luas, membentuk semacam “ladang puing” yang dapat diikuti untuk menemukan lokasi utama dari bangkai tersebut.

Pada 1985, Ballard kembali melakukan ekspedisi untuk mencari Titanic, kali ini dengan dukungan dari Lembaga Oseanografi Prancis IFREMER yang dipimpin oleh Jean-Louis Michel.

Meskipun tim Prancis tidak menemukan apa-apa setelah menyapu area seluas 150 mil persegi, Ballard memutuskan untuk fokus pada pencarian “ladang puing” daripada langsung mencari bangkai kapal.

Strategi baru ini terbukti berhasil. Setelah berminggu-minggu menyusuri dasar laut, kamera Argo akhirnya menangkap objek yang mirip puing-puing buatan manusia.

Semakin dekat, bentuknya semakin jelas—itu adalah salah satu ketel uap (boiler) Titanic. Pada 1 September 1985, setelah 73 tahun pencarian, bangkai Titanic akhirnya ditemukan, sekitar 15 mil dari koordinat terakhir sebelum kapal itu tenggelam.

Salah satu boiler (ketel uap) titanic yang ditemukan di dasar laut. Sumber: wikimedia commons / u. S. National archives
Salah satu boiler (ketel uap) titanic yang ditemukan di dasar laut.
sumber: wikimedia commons / noaa / robert ballard

Penemuan bangkai Titanic membuka babak baru dalam mempelajari kapal legendaris ini. Ekspedisi-ekspedisi selanjutnya mengungkap banyak hal, dari struktur kapal hingga artefak-artefak yang tersebar di lokasi bangkai.

Upaya penyelamatan juga dilakukan, meski menuai kontroversi dari kalangan arkeolog dan sejarawan yang mengkhawatirkan kerusakan lebih lanjut pada bangkai.

Saat ini, bangkai Titanic semakin memburuk akibat kondisi laut dalam yang ekstrem dan pertumbuhan bakteri pemakan besi. Berbagai upaya konservasi terus dilakukan untuk melestarikan situs bersejarah ini.

Pencarian bangkai Titanic selama puluhan tahun telah menjadi kisah petualangan yang menegangkan dan penuh misteri.

Dari penggunaan teknologi sederhana hingga canggih, setiap ekspedisi membawa cerita tersendiri. Meskipun sempat mengalami kegagalan demi kegagalan, pada akhirnya bangkai Titanic yang lama hilang itu berhasil ditemukan pada 1985.

Penemuan ini membuka babak baru dalam mempelajari kapal legendaris ini, dari struktur hingga artefak yang tersebar di dasar laut.

Namun, bangkai Titanic kini semakin memburuk, mendorong upaya-upaya konservasi untuk melestarikan situs bersejarah ini.

 

POSTING TERKAIT
TERPOPULER